Berbicara tentang nafsu makan hal
terpenting yang harus diperhatikan adalah jangan sampai sinyal makan
atau sinyal lapar yang dikeluarkan otak, yang menunjukkan seseorang
harus makan, tidak sampai mempengaruhi orang tersebut—–terutama
anak-anak——– bersegera untuk makan atau diberi makan, demikian
sebaliknya sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang
——-terutama untuk orang dewasa——- berhenti makan tetapi yang
bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak teratur.
Persoalan nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya inilah yang menjadi fokus dalam tulisan ini, Pertama,
masalah ibu-ibu ketika memberikan makan kepada anak-anaknya yang
kesulitan makan untuk meningkatkan berat badan anaknya yang tidak naik,
dan Kedua; masalah bagi orang dewasa ketika mengalami kesulitan dalam mengendalikan berat badan agar selalu berada dalam posisi ideal.
Dari persoalan ini penulis mencoba menulis topik tentang nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
dikutip dari berbagai sumber dan disederhanakan agar sesuai dengan
pemahaman pembaca dari berbagai kalangan terutama keluarga yang
mempunyai anggota keluarga bermasalah dengan nafsu makannya.
Nafsu makan dalam tinjauan gizi seimbang,
dapat dikatakan baik dan dan dapat juga dapat dikatakan tidak baik,
bila nafsu makan dikatakan baik maka proses makan guna memenuhi
kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi akan berjalan
maksimal. Namun jika nafsu makan dikatakan tidak baik, ada dua hal
kemungkinan akan terjadi, pertama ; nafsu makan yang berlebihan (rakus) dan yang kedua ; adalah nafsu makan berkurang atau hilang.
Nafsu makan yang berlebihan (terlihat
rakus) artinya intake makanan akan melebihi kebutuhan tubuh akibatnya
adalah peningkatan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa
akibat lainnya. Sebaliknya nafsu makan berkurang/hilang akan
mengakibatkan penurunan berat badan yang tidak dikehendaki dan beberapa
akibat lainnya, kemungkinan kedua ini sering dikatakan sebagai kesulitan
makan (Picky Eaters) yang mana penyebabnya sangat dipengaruhi oleh gangguan proses makan (fisiologis) dan pengaruh psikologis.
Konsep alur pikir untuk mempermudah pemahaman nafsu makan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Gangguan proses makan —tidak mau makan
atau menolak makan —— merupakan gangguan konsumsi makan atau minum
dengan jenis dan jumlah sesuai usia secara fisiologis, mulai dari
membuka mulutnya tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai
terserap di pencernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian
vitamin dan obat tertentu. Jadi gangguan dalam proses makan itu sendiri
adalah gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit
yang sedang terjadi pada tubuh seseorang.
Sedangkan pengaruh psikologis berhubungan
dengan perilaku makan yang kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan,
social dan mental yang dapat dikendalikan secara sadar misalnya
kebiasaan makan dalam sehari, makan karena kelezatan makanan yang
disajikan dengan meningkatkan selera, kondisi stress, cemas dan depresi
yang dengan mudah mengubah pola makan.
Sebenarnya nafsu makan itu berhubungan
dengan sinyal syaraf yang mempengaruhi Hormon dan enzim ketika lambung
kosong atau terisi. Nafsu Makan juga dapat terjadi pada tingkat sensor
selera pada lidah termasuk lambung dan adanya sinyal lapar dari otak.
Proses dimulai ketika syaraf pada lambung
dan usus dimana otak menerima informasi isi pencernaan dari lambung dan
usus dan metabolisme zat-zat makanan dari hati, termasuk adanya
peningkatan kosentrasi glukosa setelah makan menyebabkan adanya
rangsangan dari sekitar lambung dan usus ke beberapa jaringan syaraf,
informasi rangsang ini kemudian diteruskan ke hipothalamus yang berada
di otak
Ada dua daerah sinyal syaraf di
hipothamus (otak) yang berperan dalam nafsu makan (respon makan) yaitu
daerah yang disebut dengan pusat kenyang (satiety sistem) dan daerah
yang disebut dengan pusat lapar atau pusat makan (feeding sistem).
Beberapa ahli kedokteran dan kesehatan
tentang nafsu makan menjelaskan, ada beberapa input sinyal yang berperan
dalam pengaturan dua daerah nafsu makan (respon makan) tersebut dan
akan menghasilkan perilaku makan yang sesuai kebutuhan tubuh
Input-input sinyal tersebut diantaranta Kader Leptin, Ghrelin, Distensi
Gastrointesyinal, Sekresi Colecistokinin dan tingkat pemakain glukosa
dan sekresin insulin. Masing-masing dapat dijelas sebagai berikut :
Kadar Leptin
Leptin adalah hormone yang dihasilkan
oleh sel di jaringan adiposa (jaringan lemak). Kadar leptin meningkat
sebanding dengan banyaknya simpanan lemak trigeliserida di jaringan
lemak. Semakin banyak cadangan lemak semakin banyak leptin yang
disekresi, keberadaan leptin ini akan menyebabkan penekanan keinginan
untuk makan. Semakin banyak kadar leptin maka keinginan makan semakin
berkurang, sebaliknya semakin sedikit kadar leptin maka keinginan makan
semakin besar. Fungsi utama hormon ini adalah kontrol makan terutama
menyangkut gangguan makan terutama kegemukan.
Kadar Ghrelin
Ghrelin merupakan stimulant nafsu makan,
terbanyak di produksi di lambung, ghrelin mampu menyebabkan peningkatan
asupan makanan dan mengurangi pemakaian cadangan lemak. Grelin
berfungsi juga sebagai stimulan sekresi hormon pertumbuhan (Growth
Hormone), pemasukan makanan dan penambahan berat badan. Sekresi ghrelin
meningkat pada kondisi keseimbangan energy negative misalnya
kelaparan, anoreksia nervosa dan lain-lain. Dan sebaliknya kadar Ghrelin
menurun pada kondisi keseimbangan energy positif seperti setelah makan,
hiperglikemia dan obesitas.
Distensi Gastrointestinal
Ketika lambung dan usus terisi oleh
makanan maka syaraf-syaraf yang berada di lambung dan usus akan
terangsang, sinyal rangsangan syaraf tersebut di bawah ke inti syaraf
pencernaan, nantinya akan disampaikan ke pusat pengaturan nafsu makan di
otak (Hipothalamus). Ada dua sinyal balik yang akan di keluarkan oleh
otal yaitu sinyal kenyang dan sinyal lapar. Dalam keadaan Distensi
Gastrointestinal atau ketika lambung dan usus terisi, maka otak akan
mengeluarkan sinyal kenyang, sebaliknya jika lambung dan usus dalam
keadaan kosong, maka otak akan mengeluarkan sinyal lapar atau sinyal
makan.
Sekresi Colecistokinin (CCK)
Sekresi Colecistokinin (CCK) adalah
sekresi hormon dari mukosa dinding usus (duodenum) pada saat pencernaan
makanan yang mengandung lemak. Adanya sekresi Colecistokinin
menunjukkan sinyal kenyang. CCK juga dapat menyebabkan peningkatan
hormon serotonin di hypothalamus. Serotonin adalah hormon yang
berhubungan dengan perasaan tenang (nyaman), dalam hal makan akan
mendukung perasaan nyaman setelah makan.
Tingkat pemakaian glukosa dan sekresi insulin
Adanya insulin akan menurunkan kadar
glukosa darah menyebabkan beraktifnya syaraf yang menyebabkan timbulnya
keinginan untuk makan. Artinya glukosa darah tersedia ketika sedang
diserap dari saluran pencernaan maka akan muncul rasa kenyang,
sebaliknya setelah selesai penyerapan terjadi penurunan penggunaan
glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.
Dari uraian di atas maka dapat diambil
beberapa faktor yang mempengaruhi nafsu makan dan berpengaruh pada
perilaku makan seseorang yaitu
- Keadaan sinyal syaraf yang berhubungan dengan hormon dan enzim
ketika lambung kosong atau terisi, harus dalam keadaan berfungsi dengan
baik.
- Banyak sedikitnya hormon (Leptin, Ghrelin, Insulin dan
Colecistokinin) dan keadaan sel-sel jaringan sekresinya tidak dalam
keadaan rusak
- Distensi Gastrointestinal atau proses pengisian makanan dari mulut
ke lambung dan usus berjalan dengan normal dan wajar secara fisiologis.
- Psikologis dan lingkungan berhubungan dengan perilaku makan yang
kadang ditentukan oleh kondisi lingkungan, social dan mental yang dapat
dikendalikan secara sadar.
- Gangguan pada proses makan yaitu gejala atau tanda adanya
penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi pada tubuh
seseorang.
Hal terpenting yang harus diperhatikan
dari nafsu makan adalah jangan sampai sinyal makan atau sinyal lapar
yang dikeluarkan otak menunjukkan seseorang harus makan tidak sampai
mempengaruhi orang tersebut bersegera untuk makan, demikian sebaliknya
sinyal kenyang yang muncul, seharusnya membuat seseorang berhenti makan
tetapi yang bersangkutan terus makan dengan pola yang tidak teratur.
Berikut ini beberapa pengaturan perilaku
makan yang dapat mempengaturuhi nafsu makan agar sesuai dengan proses
makan guna memenuhi kebutuhan gizi tubuh terutama keseimbangan energi
yang terjadi dalam tubuh :
- Penganturan Pola Makan yaitu dengan makan yang teratur, ketika lapar segera makan dan ketika kenyang segera berhenti.
- Tingkat Pengosongan lambung dan usus,
yaitu jangan biarkan lambung dan usus tidak terisi dalam jangka waktu
tertentu, Makan serat dan tersimpan lama di lambung hanya untuk
orang-orang yang mempunyai kelebihan berat badan.
- Tingkat Kekenyangan yaitu dengan
memperhatikan keseimbangan jenis makanan (Gizi Seimbang), makanan
berlemak yang enak/lezat normalnya diberikan seimbang dengan jenis
makanan lainnya.
- Memperhatikan atau memperbaiki keadaan
(gangguan) nafsu makan yaitu akibat dari gangguan saluran cerna,
penyakit infeksi akut atau kronis (TBC, cacing, dll), alergi makanan,
intoleransi makanan, stress dan sebaginya.